Wednesday, September 21, 2022

Kaidah Pantun

Resume ke-14

Gelombang 27

Tanggal : 21 September 2022

Tema : Kaidah Pantun

Narasumber : Lely Suryani, S. Pd., SD

Moderator : Miftahul Hadi, S. Pd

Kalau mendengar kata pantun, kira-kira apa yang terbesit di benak Anda? Kalau saya langsung terbesit dengan sosok “Jarjit” sahabat Upin Ipin yang selalu berpantun ria. Pantun memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan kita. Misalnya bagi masyarakat Betawi, pantun digunakan dalam acara Palang Pintu. Pantun merupakan salah satu karya sastra yang sarat manfaat, maka saya sangat bersemangat mengikuti materi malam ini dengan tema “Kaidah Pantun”.

Moderator malam ini adalah bu Lely Suryani, S. Pd. Beliau adalah penulis kompasiana yang sangat hebat. Beberapa artikel beliau selalu menjadi ‘pilihan’ bahkan ‘artikel utama’ hingga dibaca oleh ribuan pembaca. Mari kita baca salah satu artikel utama karya beliau https://www.kompasiana.com/lelysuryaniofficial8799/630c7e4a35578d2728233273/p3k-tak-dapat-dana-pensiun-bagaimana-nasibnya-dihari-tua. Malam ini Bu Lely mendampingi narasumber muda dan hebat yaitu Bapak Miftahul Hadi. Beliau adalah seorang guru di SDN Raji 1, Demak, Jawa Tengah. Beliau sangat mencintai pantun, terbukti dengan banyaknya karya buku antologi pantun yang sudah beliau hasilkan.

Mari kita simak penjelasan narasumber pada materi malam ini.

A.  Pengertian Pantun

Pantun berasal dari akar kata "Tun" yang bermakna baris atau deret. Asal kata pantun dalam masyarakat Minangkabau dan Melayu diartikan sebagai "pantun". Oleh masyarakat Riau disebut sebagai tunjuk ajar yang berkaitan dengan etika. (Mu'jizah, 2019). Awalnya pantun hanya diucapkan secara lisan. Seiring perkembangan jaman, pantun kemudian dituliskan, dibukukan, dilombakan, serta diselipkan dalam berbagai kegiatan.

Pantun adalah salah satu budaya Indonesia yang diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tanggal 17 Desember 2020, sehingga tangal 17 Desember diperingati sebagai ‘Hari Pantun’. Di Indonesia pantun dikenal di beberapa daerah dengan nama yang beragam. Berikut nama-nama pantun :

1.      Di Mandailing, Sumatra Utara dikenal dengan nama ende-ende.

2.      Di Sunda dikenal dengan nama paparikan.

3.      Di Jawa Tengah dikenal dengan nama parikan.

B.  Ciri-ciri Pantun

 

C.  Kegunaan Pantun

Berikut beberapa kegunaan pantun :

1.      Komunikasi sehari-hari

2.      Sambutan dalam pidato

3.      Manyatakan perasaan

4.      Lirik lagu

5.      Perkenalan

6.      Berceramah/dakwah


D.  Perbedaan Pantun dengan Karya Sastra Lain

Karya sastra yang mirip-mirip pantun diantaranya :

1.      Syair, jika pantun bersajak a-b-a-b maka syair bersajak a-a-a-a. Pada pantun sampiran dan isi tidak saling berkaitan, sedangkan pada syairu baris satu sampai empat saling berhubungan.

Contoh syair :

Belajar mengaji harus semangat,

Tekun rajin sabar dan giat,

Agar ilmu mudah didapat,

Selamat dunia juga akhirat.

2.      Karmina, yaitu pantun dua baris seuntai yang baris 1 dan 2 nya tidak saling berkaitan.

Contoh karmina :

Daun keladi susun di gerbong,

Jangalah jadi orang yang sombong.

3.      Gurindam, yaitu pantun dua baris seuntai yang baris 1 dan 2 nya saling berkaitan (sebab akibat).

Contoh gurindam :

Jika selalu berdoa dan dzikir,

Ringan melangkah jernih berpikir.

E.  Cara Mudah Menulis Pantun

Langkah pertama, memahami kaidah atau ciri pantun

 

 Mari kita perhatikan contoh pantun berikut!

Memotong rebung pokok kuini,

Menanam talas akar seruntun,

Mari bergabung di malam ini,

Bersama kelas menulis pantun.

Hasil analisis pantun tersebut berdasarkan ciri pantun yaitu :

1.      Baitnya sudah terdiri dari 4 baris

2.      Masing-masing baris terdiri dari 4 kata dan 10 suku kata.

3.      Sajaknya :

Mari kita lihat baris pertama dan baris ketiga.

Kata rebung memiliki persamaan bunyi dengan bergabung.

Kata kuini memiliki persamaan bunyi dengan kata ini.

Lalu kita lihat baris kedua dengan baris keempat.

Kata talas memiliki persamaan bunyi dengan kata kelas.

Kata seruntun memiliki persamaan bunyi dengan kata pantun.

Rebung dengan bergabung, memiliki persamaan bunyi empat huruf. Maka disebut sajak penuh. Sama halnya, seruntun dengan pantun. Memiliki persamaan bunyi tiga huruf, juga disebut sajak penuh.

Sekarang mari kita lihat sajak pada baris pertama dan ketiga

Baris pertama berakhiran ni

Baris ketiga berakhiran ri

Hanya sama satu huruf, maka disebut sajak paruh.

Itu tadi sajak berdasarkan bunyi akhir. Kini sajak berdasarkan letaknya, yaitu :

Pantun 1  memiliki bunyi sama hanya di bagian akhir saja tiap barisnya (warna merah). Bisa disebut pantun dengan Rima akhir sama.

Pantun 2 yang diberi warna merah terletak pada tengah dan akhir kalimat. Maka disebut pantun dengan sajak tengah dan akhir.

Pada pantun nomor 3 yang diberi warna merah terletak awal, tengah dan akhir. Maka disebut pantun dengan sajak awal, tengah dan akhir. Pada pantun 4, semua kata di tiap barisnya berwarna merah. Itu artinya, setiap kata memiliki Rima atau persamaan bunyi yang sama.

Langkah kedua, menguasai perbedaharaan kata

Usahakan dalam memilih kata, jangan hanya satu huruf paling belakang yang bunyinya sama, minimal dua huruf. Sebagai contoh kata lari bersajak dengan kata kari, teri, sari, dari, dll. Nah, dengan memiliki perbendaharaan kata dengan Rima sama semakin mempermudah kita dalam menulis pantun.

Langkah ketiga, membuat isi. Dalam membuat pantun, usahakan membuat baris ketiga dan keempat (isi) terlebih dahulu

Langkah keempat, membuat sampiran. Langkah ketiga dan keempat ini sebaiknya jangan tertukar.

Tips lain yang juga harus diperhatikan, yaitu :

1. Hindari penggunaan nama orang dalam membuat pantun.

2. Hindari penggunaan nama merk dagang.

3. Hindari pengulangan kata di tiap barisnya.

Hal-hal tersebut akan mengurangi keindahan bahasa dalam pantun.

F.   Tantangan Membuat Pantun

Narasumber menantang peserta untuk mengisi bagian yang kosong pada pantun berikut :

. . . .

. . . .

Apa tanda kasih sejati,

Akan teringat sepanjang masa.

Hasil kreasi saya :

Rasa lara sedih di hati,

Kian menyayat mengenang nona,

Apa tanda kasih sejati,

Akan teringat sepanjang masa

Selanjutnya tantangan membuat pantun dengan tema ‘Merdeka Belajar’

Hasil kreasi saya :

Jangan lupa menutup pagar

     Agar tidak masuk pencuri

     Mari terapkan merdeka belajar

    Tingkatkan literasi dan numerasi

Ternyata banyak kaidah di balik pantun yang begitu indah. Semakin terbuka wawasan saya mengenai kaidah dan teknik menulis pantun. Semoga ilmu yang didapat malam ini dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan pembaca sekalian.

 

4 comments:

  1. Wow, resume yang lengkap dan luarr biasa. Terima kasih ibu. Semangat berkarya semangat menginspirasi.

    ReplyDelete
  2. Bagus Bu. Bisa jadi bacanya menarik untuk yang lain

    ReplyDelete

Resume Pertemuan ke-24 BM PGRI Gelombang 27

  Menulis di Kala Sakit Resume ke-23 Gelombang 27 Tanggal : 14 Oktober 2022 Tema : Menulis di Kala Sakit Narasumber : Suharto, M. ...